Sunday, April 17, 2011


Karena Aku Mencintaimu...


Bismillaahirrahmaanirrahim…


Mei, 2008. Dari seorang teman, aku mengenalmu. Waktu itu, tak banyak yang kutahu tentangmu. Bahkan aku sempat berfikir bahwa engkau sangat tidak berarti apa-apa. Dengan lambangmu yang bagiku sangat aneh (satu tangan menggenggam bola dunia dikelilingi mawar-mawar mekar), semakin membuatku ragu. Apakah aku sudah terjerumus ke jalan yang benar? Pentingnya meluruskan niat belum aku ketahui saat itu, yang kutahu hanya aku harus menuntaskan pelatihan ini (Daurah Marhalah 1). Pelatihan yang dilakukan di sebuah universitas terbeken di bumi  Khatulistiwa: Universitas Tanjungpura. Bukan karena aku adalah mahasiswi di sana. Bukan. Sekali lagi, bukan. Aku hanyalah mahasiswi titipan dari sebuah perguruan tinggi Islam yang diperbolehkan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Maka sejak pelatihan itu, aku resmi menjadi bagian darimu.


 Tanpa kuduga, pasca pelantikan aku langsung dimagangkan di kepengurusan. Saat itu, aku dimagangkan di bidang Kebijakan Publik (KP) karena di sana hanya ada dua orang, satu ikhwan dan satu akhwat (jadi sebelum aku hadir di tengah-tengah mereka, mereka tidak bisa melaksanakan rapat atau syuro). Masih kuingat sampai kini, kondisi yang bagiku sangat memprihatinkan untuk sebuah organisasi. Jujur, pertama kali mengikuti syuro (beginilah seterusnya aku menyebutkan istilah “rapat”), aku mengalami masa yang paling kubenci dalam hidupku: saat aku tak tahu harus berkata apa. Aku seakan menjadi orang yang paling tolol sedunia.


Lama kelamaan, aku semakin menikmati perjalanan bersamamu. Setiap agenda yang dikemas atas namamu, aku akan selalu berusaha hadir di sana. Meskipun awalnya aku tak memahami, tapi proses itulah yang kemudian menjadikanku tumbuh dan matang. Tetapi, jangan kau kira bahwa aku bertahan denganmu karena engkau penuh pesona dan berbunga-bunga. Tidak. Beberapa kali, bahkan sering melewati masa-masa bersamamu membuatku sakit dan berdarah-darah (ini istilahku sendiri untuk menyatakan betapa pedihnya, he..). Tapi tahukah engkau bahwa justru hal-hal itulah yang membuatku begitu mencintaimu, dan mencintai segala hal yang berkaitan tentangmu. Terjatuh karenamu membuatku belajar bagaimana untuk bangun dan bangkit kembali. Terluka karenamu membuatku belajar bagaimana harus bersabar dalam menjalani kehidupan baru yang kau sebut dengan nama “dakwah”. Menangis karenamu membuatku belajar betapa hidup ini tak selamanya indah. Pernahkah kau tahu apa sebenarnya yang membuatku tetap bertahan denganmu hingga saat ini? Biar kujawab. Itu karena engkau telah mengenalkanku pada-Nya. Lewat dirimu dan orang-orang yang menjadi bagian darimu di sana telah mengenalkanku pada sebuah kehidupan baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku seperti menemukan keluarga yang terpisah sejak sekian ratus tahun lamanya. Kalau sudah seperti ini, maka apakah ada alasan bagiku untuk meninggalkanmu? Kurasa tidak. Semoga. Karena aku terlalu mencintaimu…

*Kamu:: wasilah dakwahku, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Pontianak,         April 2011.
Dalam dekapan ukhuwah, saat upgrade pengurus KAMDA Kalbar di Haruniyah Pontianak.
Balqiz Chidayu
(Mira Purnamasari)
0