Tuesday, November 29, 2011


Hari Bahagiaku

"...dengan ini sidang memutuskan bahwa,
 saudari Mira Purnamasari, LULUS dengan nilai A..."

Alhamdulillah. . .
Akhirnya sesuatu yang selama ini aku idam-idamkan terwujud juga...

Aku telah mendapat gelar sarjana...!
S.E.I, Sarjana Ekonomi Islam :)

Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allahu Akbar!
Lisanku mengalir kata syukur tiada terkira... perpaduan rasa istimewa antara haru dan bahagia...
Maka nikmat-Nya yang mana yang berani aku dustakan? sungguh sempurna rekayasa-Nya...

Airmata bahagia itu pun tak kuasa kubendung.
Rabbii... aku sangat mencintai-Mu...

Sudikah Engkau menerima dan membalas cintaku ini, wahai Allah???

Cinta seorang hamba yang berlumur dosa...

Cinta seorang hamba yang belum sempurna pengabdiannya...

Cinta seorang hamba yang kadang tak selalu utuh adanya...

Sudikah wahai Tuhanku, Allah ???

Kau yang memberiku segala kemudahan ini...

Kau pula lah yang memberiku ketenangan...

Yang memberi kelancaran dalam tiap urusan...

Mulai dari lisan hingga perbuatan...

Allah...

Ajari aku bersyukur.


#pontianak, 13102011.
0

Aku Lemah!

...

Pernah merasa demikian? #gk jelas

Aku sering :'(

Segumpal darah yang berada di tubuhku ini sepertinya sedang merana
Owh... kasihan sekali dia... hatiku...
Padahal diri ini sering menasehatinya,

"hey, jangan cengeng!"
#nimpuk-diri-sendiri
"bukankah semuanya belum tentu seperti yang kau pikirkan?! Ayolah...
percuma kau menangis... itu tidak akan merubah segalanya...
sekarang coba pikirkan hal-hal yang menyenangkan saja!
Ayo! kau pasti bisa!"

#aku-lemah :'(


*imej-prom-gugel*

0

Sunday, November 27, 2011


Seperti "Kubur"

Judul yang aneh bukan?

Right.

Ini postingan pertamaku tentang "pekerjaanku" or "My Work"

Pekerjaanku... seperti "kubur". Mungkin terdengar menyeramkan. Tapi tenang sodara-sodara. Ini bukan tentang pilem horor atau aku berprofesi sebagai penggali kuburnya. Huwwwaaaaa...... #histeria

Ini tentang pekerjaan pertama yang pernah kutekuni sejak masih di bangku perkulihan dulu. *wait! dulu? perasaan lulus kuliah juga baru bulan oktober kemaren deh, hehe ^^v jangan sok lu mir :p
Jadi begini... dulu... aku pernah bekerja di sebuah Asuransi Syariah. "Asuransi Takaful Keluarga" namanya. Entah bagaimana cerita awalnya aku bisa masuk ke sana *udah lupa, hihi parah :p * dan menjadi TFC aliaz Takaful Finance Consultant. Terdengar keren bukan? Heuhehe... emang keren koq *lah, maksa ini mah
Tau gk pada, itu artinya apa? TFC itu adalah istilah tenaga marketing level dasar, atau bahasa lainnya itu "agen". howaaat?? ternyata mira hanya seorang agen level dasar di Takaful >.< *padahal nyantai aja kenapa sih :(
Nah... ceritanya nih, ntuh kerjaan udah lama banged aku tinggalin. Yach...emang sih di sana cuman TFC doang, gk musti standby di kantor gitu. Dapet komisinya juga klo pas berhasil closing *istilah buat agen dapat nasabah baru* dan sifatnya freelance gitu deh. Jadinya aku gk berasa klo itu adalah pekerjaan, hikz..hikz... T_T
Jadinya aku sering gk serius nyari nasabah. Bahkan parahnya, aku gk pernah nongol lagi ke kantor. Seperti "kubur" kan... aku memperlakukan pekerjaan ini dengan cara yg sangat tidak wajar... *merasa bersalah :(

Jujur, ini bukanlah hal yang kumau. Atau sengaja kulakukan. Ini karena kondisi... Karena aku harus melakukan banyak perkara lainnya... Waktu itu... aku harus menyelesaikan kuliahku... Aku juga menjadi pengajar di sebuah bimbel bernama "Fadhilah". Yach, aku tau itu bukan alasan. Tapi, aku adalah tipe yang gk bisa menyelesaikan beberapa perkara dalam waktu yang bersamaan... *kasihan sekali ya diriku

Omegoooottt... ini benar-benar seperti "kubur". Sekali masuk ke sana, engkau tak akan pernah bisa kembali lagi. Dan kini, profesiku sebagai TFC hanya tinggal nama... almarhum. ckckck *geleng-geleng kepala
0

Thursday, November 24, 2011


Bolehkah Menyingkat Salam?

Bismillah...

Ini tentang salam, sodara-sodarah...

Tidak sedikit di antara kaum muslimin dan muslimat yang menggunakan salam secara kurang tepat.
Kalau sedang berbicara face to face biasanya tidak terlalu rawan terjadi kesalahan. Tapi jika mengucapkan (upz, maksudnya menuliskan) salam lewat esemes misalnya, terkadang banyak yang suka menyingkat salam.

"As, Ass, Askum, Akum.."

Tulisan itu m'jadikan salam “Assalamualaikum” m'jadi berubah arti & makna

⁠“As (inggris)” artinya “sebagai”,

⁠“Ass (inggris)” artinya keledai, org bodoh & (maaf) pantat,


"Askum" artinya celakalah kamu!

“Akum (gelar utk orang2 yahudi)” singkatan dari “Avde Kokhavim U Mazzalot”artinya “Hamba2 binatang & org2 sesat”,
⁠ 
Nah, loh...

Banyak juga alasan si penyingkat salam ini. Ada yang bilang ,"ah, ribet klo nulisnya lengkap, kepanjangan." (padahal apa susahnya coba nulis "Assalamu'alaikum"? toh, tarif esemesnya sama :p )
Ada juga yg bilang ,"kan tergantung niat... kan niat saya untuk nyampaikan salam" (lah, tapi kan belum tentu yg menerima esemes bermaksud sama seperti penyingkat itu. Klo saya mah, membaca esemes sesuai yang tertulis. Jika dia nulisnya "askum" ya, saya bacanya gitu. kan kasian juga, malah gk dapet doa dari salam itu kan? he.)
Ada lagi yang bilang ,"boleh-boleh saja koq (mubah) menyingkat salam, asalkan yang mengirim dan menerima sama-sama mengerti maksudnya. Yang tidak boleh itu ketika menyingkat pelafadzannya, karena akan menimbulkan penafsiran berbeda. Dan ini baru akan menjadi haram jika sengaja dilakukan dengan maksud menghina salam itu sendiri" (Jika memang berhukum mubah, saya mah lebih memilih untuk tidak menuliskannya dalam tulisan yang akan melahirkan makna ganda, apatah lagi di dalamnya sangat memungkinkan ada makna yang tidak kita inginkan. Bukankah tidak semua penerima memahami maksud pengirim? kalau malas menulis salam, ya lebih baik tidak menuliskannya saja. Daripada dapat menimbulkan persepsi yang lain ^^v

Nah... sekarang... bagaimana sebaiknya menuliskan salam jika memang ingin disingkat?
Silahkeuuun... monggo... dengan syarat, tanpa merusak makna salam yang indah dan sarat doa tersebut...
Misalnya dengan menuliskan:
"Assalaam..." yang artinya "Maha Sejahtera" (satu dari nama-nama Allah yang indah -Asma'ul Husna- dalam Surah Al-Hasyr ayat 23)
Karena yang demikian insyaAllah penyingkatan yang benar dan terhindar dari makna yang tidak kita inginkan.
Wallahu ta'ala a'lam...

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh ^_^
0

Cara Membuat Cup Cake Chocolate

Saat terpikir untuk memposting tentang masakan,,, sebelumnya aku agak ragu neh.
hehehe... maklum, kan saia bukan ahlinya... #ssstttt

Tapi ya tidak papa... namanya juga belajar khan?? paling tidak, ini salah satu persiapan... buat masa depan...
(uhuk, uhuk!) #mendadak-batuk :D
Hmmmm...... tentu saja, aku kan tidak tahu, jenis suami macam apa yang nanti akan Allah pilihkan untukku.
Iya klo dikasi suami yang tidak pilih-pilih masakan. Nrimo aja misalnya apa pun yang disediakan isteri tercinta. Tidak minta ini-itu. Klo dikasi suami yang bawel misalnya? Tiap hari mintanya makanan buatan sendiri. Menunya musti ganti-ganti terus tiap makan. Udah gitu, minta dibuatin masakan inilah, itulah, misalnya...
klo udah gitu ya mau tidak mau musti menuhin keinginan si dia...  kan menyenangkan suami dapat pahala ^_^

Okey...
Untuk postingan pertama di "dapurku" ini, aku mulai dengan makanan yang manis dulu...
Caranya simpel banged. Dan bahan-bahannya juga mudah di dapat di toko-toko atau minimarket.

Ini dia... Cekidot!

Cup Cake Chocolate

Bahan:
150 gram gula pasir
3 butir telur ayam
225 gram mentega
180 gram cokelat dark, dipotong-potong ya...
_

Lalu... ayak bahan-bahan berikut ini:
210 gram tepung terigu
1 sdt baking powder
1/2 sdt vanili bubuk
1 sdt garam

Cara membuatnya neh, Girls...
1. Lelehkan mentega dan cokelat. Kemudian sisihkan.
2. Kocok gula dan cokelat leleh tadi hingga merata.
3. Masukkan telur satu demi satu. Aduk rata.
4. Tambahkan campuran terigu dan aduk rata.
5. Tuangkan ke dalam cup atau mangkuk kertas.
6. Panggang dalam oven panas selama lebih kurang 40 menit hingga matang.
7. Angkat. Dinginkan.
8. Beri olesan or hiasan apa aja sesuai selera kamu...

Tambahan neh ya...
Klo menurutku,,, mungkin bisa saja adonan yang siap panggang itu tadi langsung dimasukkan saja dalam satu cetakan besar, baru dipanggang...
Itu klo yang mau lebih cepet and lebih simpel tentunya... (maksudnya gak ribet2 lagi masukkan dalam cup kertas gitu, hehe ^^v)
Tapi ntar namanya jadi berubah girls... bukan "cup cake chocolate" lagi dah jadinya... hehe...

Whatever... Selamat mencobaaa \^^/
0

Tuesday, November 15, 2011


Persiapkan Diri Dalam Menanti

Merindukan pendamping hidup adalah fitrah setiap insan. Wanita, sebagai makhluk Allah yang cenderung ingin diayomi atau dilindungi, tentu wajar berharap pula akan kehadiran seorang  lelaki dalam hidupnya. Dan saat menanti adalah ujian berat bagi seorang wanita. Sebagai bunga yang sedang mekar atau yang mungkin telah mekar sekian lama, seringkali ia terlena dengan tawaran manis si kumbang yang datang mempesonanya. Sayang, kebanyakan kumbang–kumbang itu sekedar ingin menggoda saja. Malah ada pula yang sekedar ingin menghisap madunya tanpa mau bertanggung jawab. Na’udzubillah! Begitulah fakta di masa kini. Realita fitnah syahwat yang terjadi di mana–mana hingga banyak wanita kehilangan kehormatannya. Karena itu, setiap wanita muslimah hendaknya pandai–pandai menjaga diri dan selalu berhati–hati, jangan sampai tertipu. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang wanita muslimah dalam penantian?

a. Memperbanyak amal ibadah

Seorang muslimah dalam masa penantian hendaknya semakin mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal ibadah, khususnya ibadah sunnah. Karena ia bisa menjadi perisai diri dari berbagai godaan.

b. Do’a dan tawakal

Rezeki, maut, termasuk jodoh manusia sudah diatur oleh Allah, dan Dia maha mengetahui yang terbaik bagi hambaNya, yang bisa kita lakukan adalah berikhtiar dan berdoa, kemudian bertawakal kepadaNya. Hanya kepada Allah kita berserah diri dan mohon pertolongan. Berdoalah agar segera dikaruniai jodoh yang shalih, yang baik agamanya, dan bisa membawa kebahagiaan bagi kita di dunia dan akhirat. Yakinlah Allah akan memberikan yang terbaik. Bukankah Dia akan mengikuti persangkaan hambaNya? Karena itu jangan pernah berburuk sangka terhadap Allah.

c. Mempersiapkan diri, membekali diri dengan ilmu

Bekali diri dengan ilmu, khususnya ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan kerumah tanggaan. Lalu, bekali diri dengan keterampilan berumah tangga. Seorang suami tentu saja akan senang bila istrinya terampil dan cekatan. Terakhir, persiapkan diri menjadi istri shalihah dan sebaik–baik perhiasan bagi suami. Jangan lupa untuk merawat diri agar selalu tampil cantik dan segar. Tapi ingat, kecantikan itu tidak untuk diumbar sembarangan, persembahkan hanya untuk suami tercinta kelak.

Kepada para lelaki...

Bagi para lelaki, ketahuilah sesungguhnya telah banyak wanita yang siap. Mereka menunggu pinanganmu. Mereka menunggu keberanianmu. Tunggu apalagi, jika engkau pun sudah siap menikah dan merindukan seorang istri? Ayolah,.. jangan ikhlaskan wanita–wanita shalihah itu dinikahkan dengan laki – laki yang tak baik agamanya. Ingat bahwa Allah akan menolong seorang pemuda yang berniat menikah demi menyelamatkan agamanya. Karena itu, bersegeralah mencari pendamping yang bisa membantumu bertaqwa kepada Allah.
#ngomporin :D
see more article right here >>
0

Waktu-Waktu yang Terlarang Untuk Sholat

Pesan si penulis artikel: "jangan lupa membagikan artikel ini setelah Anda membacanya" ^_^
Semoga ini menjadi amal sholeh yang akan kita petik hasilnya di yaumil akhir kelak, amin...
Bismillah...

Adapun waktu-waktu yang terlarang untuk sholat yaitu:
1. Ketika matahari terbit sampai tinggi,
2.Saat matahari di tengah langit, ketika tidak ada bayangan benda di timur dan di barat,
3.Ketika matahari hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam

Dan bolehnya shalat pada waktu-waktu yang dilarang
‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu berkata:

ثَلاَثُ سَاعَاتٍ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيْهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيْهِنَّ مَوْتَانَا: حِيْنَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ، وَحِيْنَ يَقُوْمُ قَائِمُ الظَّهِيْرَةِ حَتَّى تَمِيْلَ الشَّمْسُ، وَحِيْنَ تَضَيَّف لِلْغُرُوْبِ حَتَّى تَغْرُبَ

“Ada tiga waktu di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk melaksanakan shalat di tiga waktu tersebut atau menguburkan jenazah kami, yaitu ketika matahari terbit sampai tinggi, ketika seseorang berdiri di tengah hari saat matahari berada tinggi di tengah langit (tidak ada bayangan di timur dan di barat) sampai matahari tergelincir dan ketika matahari miring hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam.” (HR. Muslim no. 1926)

Dalam hadits di atas kita pahami ada tiga waktu yang terlarang bagi kita untuk melaksanakan shalat di waktu tersebut, yaitu:
1. Ketika matahari terbit sampai tinggi
2. Saat matahari di tengah langit, ketika tidak ada bayangan benda di timur dan di barat
3. Ketika matahari hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam
Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu disebutkan, termasuk waktu yang dilarang untuk shalat adalah setelah shalat subuh sampai matahari tinggi dan setelah shalat ashar sampai matahari tenggelam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ

“Tidak ada shalat setelah subuh sampai matahari tinggi dan tidak ada shalat setelah ashar sampai matahari tenggelam.” (HR. Al-Bukhari no. 586 dan Muslim no. 1920)
Adapun sebab dilarangnya shalat di tiga waktu di atas (pada hadits ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu) disebutkan dalam hadits berikut ini:
‘Amr bin ‘Abasah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan tentang pertemuannya dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah setelah sebelumnya ia pernah bertemu dengan beliau ketika masih bermukim di Makkah. Saat bertemu di Madinah ini, ‘Amr bertanya kepada beliau tentang shalat maka beliau memberi jawaban:

صَلِّ صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَتَّى تَرْتَفِعَ، فَإِنَّهَا تَطْلُعُ حِيْنَ تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ، وَحِيْنَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ؛ ثُمَّ صَلِّ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُودَةٌ مَحْضُوْرَةٌ، حَتَّى يَسْتَقِلَّ الظِّلُّ بِالرُّمْحِ، ثُمَّّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ، فَإِنَّ حِيْنَئِذٍ تُسْجَرُ جَهَنَّمُ. فَإِذَا أَقْبَلَ الْفَيْءُ فَصَلِّ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُوْدَةٌ مَحْضُورَةٌ، حَتَّى تُصَلِّيَ الْعَصْرَ، ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ، فَإِنَّهَا تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ، وَحِيْنَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ

“Kerjakanlah shalat subuh kemudian tahanlah dari mengerjakan shalat ketika matahari terbit sampai tinggi karena matahari terbit di antara dua tanduk setan dan ketika itu orang-orang kafir sujud kepada matahari. Kemudian shalatlah karena shalat itu disaksikan dihadiri (oleh para malaikat) hingga tombak tidak memiliki bayangan, kemudian tahanlah dari mengerjakan shalat karena ketika itu neraka Jahannam dinyalakan/dibakar dengan nyala yang sangat. Apabila telah datang bayangan (yang jatuh ke arah timur/saat matahari zawal) shalatlah karena shalat itu disaksikan dihadiri (oleh para malaikat) hingga engkau mengerjakan shalat ashar (terus boleh mengerjakan shalat sampai selesai shalat ashar, pent.), kemudian tahanlah dari mengerjakan shalat hingga matahari tenggelam karena matahari tenggelam di antara dua tanduk syaitan dan ketika itu orang-orang kafir sujud kepada matahari.” (HR. Muslim no. 1927)
Al-Imam An Nawawi rahimahullahu berkata, “Umat sepakat tentang dibencinya shalat yang dikerjakan tanpa sebab pada waktu-waktu terlarang tersebut. Mereka juga sepakat bolehnya mengerjakan shalat fardhu yang ditunaikan pada waktu-waktu terlarang tersebut. Adapun untuk shalat nawafil (shalat sunnah) yang dikerjakan karena ada sebab, mereka berbeda pendapat. Seperti shalat tahiyatul masjid, sujud tilawah dan sujud syukur, shalat id, shalat kusuf (gerhana), shalat jenazah dan mengqadha shalat yang luput dikerjakan. Mazhab Asy-Syafi’i dan satu kelompok membolehkan semua itu tanpa ada karahah (kemakruhan). Mazhab Abu Hanifah dan yang lainnya memandang semuanya masuk ke dalam larangan karena keumuman hadits-hadits yang melarang. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu dan orang-orang yang sependapat dengannya berargumen bahwa telah tsabit (shahih) dari perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengqadha shalat sunnah yang mengikuti shalat zuhur setelah shalat ashar (1). Ini jelas menunjukkan tentang bolehnya mengqadha shalat sunnah yang luput dikerjakan pada waktunya. Tentunya kebolehan untuk mengerjakan shalat sunnah yang memang pada waktunya lebih utama lagi. Dan mengerjakan shalat faridhah (wajib) yang diqadha karena luput dari waktunya lebih utama lagi. Termasuk dalam kebolehan ini adalah shalat yang dikerjakan karena ada sebab.” (Al-Minhaj, 6/351)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata setelah membawakan ucapan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu di atas, “Penukilan ijma’ dan kesepakatan oleh Al-Imam Nawawi perlu dikomentari. Karena, selain beliau telah menghikayatkan dari sekelompok salaf tentang bolehnya shalat di waktu-waktu terlarang secara mutlak sementara hadits-hadits yang melarang tersebut mansukh (dihapus hukumnya) –menurut pendapat Dawud dan selainnya dari ahlu zahir, dan ini yang dipastikan oleh Ibnu Hazm rahimahullahu–; ada pula penghikayatan dari kelompok yang lain tentang larangan secara mutlak dalam seluruh shalat. Didapatkan adanya berita yang shahih dari Abu Bakrah dan Ka’b bin Ujrah tentang larangan mengerjakan shalat fardhu pada waktu-waktu terlarang ini. Ulama yang lainnya menghikayatkan adanya ijma’ tentang bolehnya shalat jenazah di waktu-waktu yang makruh. Namun pendapat ini perlu dikomentari dengan penjelasan yang akan datang pada babnya. Ibnu Hazm rahimahullahu dan selainnya ketika menyatakan mansukh-nya hadits yang menyebutkan waktu-waktu terlarang shalat, mereka bersandar dengan hadits:

مَنْ أَدْرَكَ مِنَ الصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَلْيُصَلِّ إِلَيْهَا أُخْرَى

“Siapa yang mendapati satu rakaat subuh sebelum matahari terbit maka hendaklah ia mengerjakan rakaat yang berikutnya.”
Maka ini menunjukkan bolehnya shalat pada waktu-waktu yang dilarang.
Namun yang lainnya mengatakan, “Pengkhususan (takhshish) lebih utama daripada menganggap adanya naskh. Sehingga pelarangan ini dibawa kepada pemahaman bahwa yang dilarang adalah shalat yang dikerjakan tanpa adanya sebab. Adapun shalat yang memiliki sebab maka dikhususkan dari pelarangan (yakni boleh dilakukan di waktu-waktu terlarang, pent.) dalam rangka menggabungkan di antara dalil-dalil yang ada.” (Fathul Bari, 2/78)
Penulis Taisirul ‘Allam Syarhu ‘Umdatil Ahkam berkata, “Ulama berbeda pendapat tentang shalat di waktu-waktu terlarang. Jumhur ulama berpandangan dibencinya mengerjakan shalat di waktu tersebut. Mereka berdalil dengan hadits-hadits yang shahih ini dan selainnya. Zahiriyah berpandangan bolehnya shalat di waktu tersebut. Adapun hadits-hadits yang melarang, mereka mengatakannya mansukh. Namun semua hadits yang mereka anggap mansukh, ulama menjadikannya termasuk bab membawa nash yang muthlaq kepada yang muqayyad, atau membangun yang khusus di atas yang umum. Tidak perlu menghukumi mansukh kecuali bila nash-nash tersebut tidak mungkin dikumpulkan/digabungkan. Sementara nash-nash dalam masalah ini mungkin bahkan mudah dikumpulkan.
Kemudian ulama berbeda pendapat lagi, shalat apa sajakah yang dilarang untuk dikerjakan di waktu-waktu tersebut?
Hanafiyyah, Malikiyyah, dan Hanabilah berpandangan yang dilarang adalah seluruh shalat sunnah kecuali dua rakaat thawaf. Mereka berdalil dengan keumuman larangan yang disebutkan dalam hadits-hadits.
Asy-Syafi’iyyah dan satu riwayat dari Al-Imam Ahmad, serta pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan sekelompok muridnya, yang dilarang adalah shalat-shalat sunnah yang dikerjakan tanpa sebab. Adapun yang memiliki sebab seperti shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk masjid, shalat sunnah dua rakaat setelah wudhu, maka dibolehkan ketika ada sebabnya di waktu apa saja. Dalil mereka dalam hal ini adalah hadits-hadits khusus yang menyebutkan tentang shalat-shalat ini sebagai pengkhususan bagi hadits-hadits yang berisi pelarangan secara umum (2).
Dengan pendapat ini terkumpullah dalil-dalil seluruhnya dan bisa diamalkan seluruh hadits dari dua pihak yang berbeda pendapat.
Kemudian ulama berbeda pendapat lagi, apakah larangan yang ada dimulai pada waktu subuh dari mulai terbitnya fajar kedua atau dimulai dari pengerjaan shalat subuhnya?
Hanafiyyah berpendapat pelarangan dimulai dari waktu terbitnya fajar kedua. Pendapat ini juga masyhur dari mazhab Hanabilah. Mereka berdalil dengan beberapa hadits di antaranya hadits yang diriwayatkan Ashabus Sunan Al-Arba’ah (penulis kitab Sunan yang empat) dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الْفَجْرِ إِلاَّ سَجْدَتَيْنِ

“Tidak ada shalat setelah fajar kecuali dua sujud (shalat dua rakaat).”
Hadits ini menunjukkan haramnya mengerjakan shalat sunnah setelah terbitnya fajar kecuali dua rakaat qabliyah fajar. Karena yang dimaukan dari penafian (peniadaan dalam hadits di atas dengan lafadz: “Tidak ada shalat….”-pent.) adalah pelarangan. Mayoritas ulama berpendapat larangan dimulai dari selesai pelaksanaan shalat fajar (yakni tidak ada shalat sunnah yang dikerjakan setelah mengerjakan shalat fajar/subuh, pent.) bukan dimulai dari terbitnya fajar. Mereka berdalil dengan beberapa hadits di antaranya hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu:

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ

“Tidak ada shalat setelah shalat fajar sampai matahari terbit.”
Juga hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dari ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ

“Tidak ada shalat setelah shalat fajar sampai matahari terbit.”
Juga hadits-hadits selainnya yang banyak lagi shahih.
Adapun hadits yang dijadikan dalil oleh kelompok pertama, ada maqal (masih diperbincangkan). Tidak bisa dihadapkan dengan semisal hadits-hadits ini.” (Taisirul ‘Allam, 1/129)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
________________________________________________________________________
(1) Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata:

صَلَّى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَعْدَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ وَقَالَ: شَغَلَنِي نَاسٌ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ عَنْ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua rakaat setelah ashar dan mengatakan, ‘Orang-orang dari Abdul Qais menyibukkan aku dari mengerjakan shalat sunnah dua raka’at setelah zuhur’.” (HR. Al-Bukhari secara mu’allaq dalam Shahih-nya, kitab Mawaqitush Shalah, bab Ma Yushalla ba’dal ‘Ashri minal Fawait wa Nahwiha)
(2) Pendapat inilah yang rajih menurut penulis. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Penulis : Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari
Sumber : asysyariah.com
0

Monday, November 14, 2011


Menantimu di Sayup Rindu

Kamu...

Kutahu bukanlah seorang pengecut.
yang akan melangkahkan kakimu untuk mendatangiku tanpa rencana...

Kamu...
Kutahu bukanlah pecundang.
yang sangat berani berkata-kata, namun tak jujur dalam perbuatan...


Aku tahu kamu sedang belajar...
Belajar ilmu dunia, terlebih ilmu akhirat.
Untuk memantaskan dirimu.
Mempersiapkan dirimu agar kelak mampu menjadi imam.
Bagiku... dan para mujahid dan mujahidah kecil kita kelak...

Aku akan menantimu dengan sabar...
Di sini...
Di sayup rindu...

Ketahuilah olehmu...
Bahwa bagiku tak penting tentang apa yang sering orang sebut dengan mapan.
Yang terpenting bagiku adalah seberapa besar keinginanmu untuk bersemangat mencari karunia-NYA...
Yang melimpah di muka bumi ini...
Aku akan senantiasa ridho dengan pemberianmu,
Entah itu banyak ataupun sedikit...

Kamu...
Segalanya bagiku sangat cerah...
Secerah sinar mentari di waktu dhuha...
Hatimu... Inginmu... Cerah...

Ini hanya soal waktu.
Ya. Soal waktu...
Waktu yang tepat bagi kita.
Dan ketentuan yang terbaik menurut-NYA...

Kamu...
Jika memang dipersiapkan-NYA untuk menjadi belahan jiwaku,
Kuyakin akan tetap ada di sana...
Karena kutahu pasti, tulang rusuk takkan pernah tertukar...

Semoga Alloh senantiasa menuntunku dalam sabar...
Menantimu...
Di sini...
Di sayup rindu...
***

0

Sunday, November 13, 2011


Kasih Ayah

Hening.

Hanya aku dan laptop yang masih menyala ini.
Di situ menunjukkan pukul 11.30.
Sudah selarut ini.

Waktu terus berjalan.
Tanpa kompromi denganku, atau dengan siapa pun di seluruh dunia.
Karena ia, berjalan atas titah Tuhannya, Tuhan seluruh alam, ALLAH swt...


Mata ini sulit untuk terpejam...
Dan seperti biasa, inilah yang kulakukan.
Menulis.
Walaupun isinya masih sangat biasa. Terlalu biasa bahkan. hehe

Siapa pun yang sedang membaca sampai kalimat ini,
kuminta... izinkan aku bercerita lagi...

Bismillah...

Beberapa jam yang lalu, aku membaca sebuah kisah tentang seorang anak yang selalu bersikap kasar terhadap ayahnya...
Setiap kali berbicara dengan ayahnya, selalu saja ia ungkapkan dengan nada membentak.
Apalagi pada hari ulangtahunnya, ternyata ayahnya yang saat itu telah menjadi single parent, terlupa akan hari yang ia anggap istimewa itu...
Semakin membuncah pula rasa tidak senangnya pada sang ayah.

Keesokan harinya, ayahnya mengantar ia ke sekolah. Seperti biasa.
Pada saat jam makan siang, ia membuka sebuah bungkusan.
Bungkusan itu adalah makan siang yang sengaja ayahnya sediakan untuknya sebelum berangkat tadi pagi.
Dan alangkah terkejutnya ia setelah mendapati bahwa ternyata bungkusan itu tak hanya sekedar makan siang.
Ada sesuatu yang lebih spesial dibandingkan dengan sebuah bekal sekolah.
Sesuatu itu dibungkus dengan kemasan istimewa. Setelah dibuka, ternyata itu sebuah jam tangan yang selama ini ia idam-idamkan, beserta sebuah kartu ucapan.

Anakku,
Maafkan ayah jika selama kepergian ibumu, belum bisa menjadi ayah yang baik buatmu...
Maafkan ayah yang selalu tak punya waktu untuk bermain-main denganmu...
Maafkan ayah yang selalu tak punya waktu untuk membantumu mengerjakan pe-er...
Maafkan ayah yang selalu tak mampu memasak makanan yang enak-enak untukmu...
Maafkan ayah yang tak bisa memberikan kasih sayang yang penuh sebagaimana kasih dan sayangnya seorang ibu...


Maafkan ayah ya nak...
Yang tak bisa merayakan hari ulangtahunmu semalam...
Itu karena ayah sudah ketiduran karena pulang larut dari kantor...
Semoga kamu bersedia memaafkan ayah...
Ayah sayang kamu, anakku...


Ikhlas,


Ayah.


Bening-bening itu jatuh seketika di pelupuk matanya...
ia benar-benar tak kuasa menahan tangis.
"Ayah... maafkan aku...", lirihnya.
Dalam hati ia berjanji bahwa mulai saat itu, ia tidak akan bersikap kasar lagi terhadap ayahnya.
***

Bel tanda pulang berbunyi.
Hari itu, ia adalah siswa paling antusias dan paling pertama keluar kelas.
Di benaknya, terbayang seorang ayah yang sedang menunggu di depan sekolah. Siap menjemputnya pulang.
Dan kali ini, hal pertama yang ingin ia lakukan adalah memeluk sang ayah tercinta.

Namun sesampainya di pintu pagar sekolah, seorang temannya berkata bahwa sebuah mobil Myvi hitam mengalami kecelakaan di persimpangan jalan, tak jauh dari sekolahnya. Mobil itu persis merk mobil yang digunakan oleh ayahnya setiap hari.
Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri lokasi kejadian. Orang-orang sudah berkerumun di sana.
Ia pun langsung berteriak, "Ayah..........!!! Jangan tinggalkan aku, ayah........"
"Ibu sudah meninggalkan kita, apakah sekarang ayah juga tega meninggalkan aku sendiri......"
"Kumohon jangan  ayah... kumohon............"
Ia terisak-isak.

Tiba-tiba, ada yang menepuk-nepuk pundaknya dari belakang.
Ketika ia menoleh, ternyata sosok seseorang yang sangat ia kenal berdiri di sana.
Ia pun langsung memeluknya dengan erat...
Sang ayah hanya tersenyum dan mendekap anak itu dengan penuh cinta...
***

Teman,
Sering kita baru tersadar betapa pentingnya seseorang itu ketika kita sudah kehilangan...
Dan syukurnya, si anak tadi masih diberi kesempatan untuk berbuat ahsan kepada ayahnya, karena ternyata korban kecelakaan yang ia kira ayahnya itu ternyata salah...

Perlakukanlah orang tua kita dengan cara yang ahsan.
Karena kita tak pernah tahu, kapan Allah akan mengambilnya dari kita...
Atau mungkin Alloh terlebih dahulu memanggil kita sebelum kita sempat berbakti pada keduanya...

"Dan Tuhanmu memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu berkata 'ah' kepada mereka dan janganlah kamu membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
QS. Al-Isra' : 23


*miss My Parents...
0

Saturday, November 12, 2011


Cintailah Sang Pemilik Cinta

Cinta bukanlah tujuan
Cinta adalah sarana untuk menggapai tujuan
Jangan kau sibuk mencari definisi dan makna cinta
Namun kau lalai terhadap Dzat yang menganugerahkan cinta
Dzat yang menumbuhsuburkan rasa cinta
Dzat yang memberikan kekuatan cinta
Dzat yang paling layak dicintai Allah, Sang Pemilik Cinta
Cinta memang tak kenal warna
Cinta tak kenal baik buruk
Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah
Memang begitulah adanya
Karena yang mengenal baik buruk, warna dan rupa
Adalah sang pelaku cinta yang menggunakan akal pikirannya
Cinta bukanlah kata benda
Cinta adalah kata kerja
Cinta bukan sesuatu tanpa proses
Cinta itu butuh proses
Jangan mau kau terjatuh dalam cinta
Namun, bangunlah cinta itu
Bangunlah cinta dengan keimanan
Maka kau akan mengorbankan apa saja
Demi meraih keridhaan Sang Pemilik Cinta
Bangunlah cinta dengan ketakwaan
Maka kau tak kan gundah gulana
Ketika kehilangan cinta duniawi
Karna kau yakin Yang kau cari adalah cinta dan ridha Allah
Bukan cinta yang sementara

***
0

Sifat Lelaki Yang Tidak Disukai Wanita

Para istri atau kaum wanita adalah manusia yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena beberapa sifa-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan merasa benar. Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia benar-benar bisa tampil sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah, pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di surga. Karena itulah perhatikan sifat-sifat berikut yang secara umum sangat tidak disukai oleh para istri atau kaum wanita. Semoga bermanfaat.

Pertama, Tidak Punya Visi
Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Dalam pembukaan surah An Nisa’:1 Allah swt. Berfirman:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

Dalam ayat ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.
Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda: “Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.”

Kedua, Kasar
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf (Dan sikapilah para istri itu dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan melindungi istri.
Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan. Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu memukul istri seenaknya. Ingat bahwa istri juga manusia. Ciptaan Allah. Kepada binatang saja kita harus belas kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka karena menyikas seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.

Ketiga, Sombong
Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34). Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qurdsi: “Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.” Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka mempunyai suami sombong.
Sayangnya dalam keseharian sering terjadi banyak suami merasa bisa segalanya. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali. Bahkan ia tidak mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat bahwa sang anak lahir karena jasa kesebaran para istri. Sabar dalam mengandung selama sembilan bulan dan sabar dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak para istri yang menderita karena prilaku sombong seorang suami.

Keempat, Tertutup
Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri yang merasa dikesampingkan.
Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja pengeluaran uangnya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini.

Kelima, Plinplan
Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama ia bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).

Keenam, Pembohong
Banyak kejadian para istri tersiksa karena sang suami suka berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah sikap yang paling Allah benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin (apakah ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu sendiri.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang bubar karena kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu ia ingin dihargai. Kebohongan telah menghancurkan harga diri seorang istri. Karena banyak para istri yang siap dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para sumai pembohong.

Ketujuh, Cengeng
Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng. Benar Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia menangis bukan karena cengeng melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al Qur’an. Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun gentar.
Suami yang cenging cendrung nampak di depan istri serba tidak meyakinkan. Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam arti penuh semangat dan tidak kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

Kedelapan, Pengecut
Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap pengecut (a’uudzubika minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi saw. terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan. Katika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.
Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang.

Kesembilan, Pemalas
Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap malas: allahumma inni a’uudzubika minal ‘ajizi wal kasal , kata kasal artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di rumah bukan memecahkan masalah melainkan menambah permasalah. Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya seorang suami.

Kesepuluh, Cuek Pada Anak
Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang anak. Nabi saw. Adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang cucu Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main di atas punggungnya.
Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak. Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Sikap seperti inilah yang sangat tidak disukai para wanita.

Kesebelas, Menang Sendiri
Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang di depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.

Keduabelas, Jarang Komunikasi
Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri. Entah denga cara mengirim sms atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.
Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu mengontak sekalipun hanya sekedar menanyakan apa kabarnya.

Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum
Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami rapi istri bangga karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu bagi para istri kerapian dan kaharuman adalah cermin pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan bau yang tidak enak. Allahu a’lam.

0

Friday, November 11, 2011


Soulmate

Kualitas yang terpenting
bukan pada orang yang kau harapkan menjadi
belahan jiwa,

tapi padamu yang akan jatuh
cinta kepadanya.

Jika engkau tidak membeningkan hati,
menjernihkan pikiran,
dan tidak mengindahkan perilakumu;

engkau akan mudah jatuh cinta
kepada pribadi yang akan
mengecewakanmu.

Belahan jiwamu hanya seindah jiwamu.
 
_Mario Teguh_
0

Thursday, November 10, 2011


Allah, Aku Makin Cinta...

Bismillah...

Idul Adha 1432 H.
Ini merupakan tahun pertamaku menyambut hari raya qurban di rumah kontrakan. Tidak ada yang spesial, selain kami serasa "dihujani" berkilo-kilo daging. (kami: aku dan teman2 sekontrak yang sepakat memilih untuk berhari raya di "baituna jannatuna", hehe bener gak ya gitu bahasa Arabnya ^^ ).
Ya. pasalnya, aku dan tiga teman lainnya turun tangan untuk membantu para abi dan ummi yang menjadi panitia qurban di Dewan Pimpinan Wilayah (DPC) *partai keluarga sakinah* daerahku tinggal saat ini.
Aku yang saat ini sudah bekerja, merasa enggan untuk mudik. Bukan karena tidak diberikan izin oleh atasanku. Sama sekali bukan. Atasanku luar biasa baiknya, bahkan beliau mengizinkanku mudik berapa hari pun yang aku butuhkan. Masalahnya bukan di sana, tapi karena selain bekerja di tempat beliau, aku juga punya tanggung jawab lain yaitu mengajar les anak-anak SD yang tempatnya tidak jauh dari rumah kontrakan kami.

Hari kedua idul adha, aku diberikan tugas kantor untuk melakukan survey lokasi perumahan ke luar kota yang  jaraknya beratus-ratus kilometer dari tempat tinggalku. Aku senang. Tentu saja, karena aku sangat menikmati pekerjaan ini. Dan aku juga berharap bisa silaturrahim dengan teman kantorku Nita, yang selama ini hanya berkomunikasi denganku via phone dan dunia maya. (Nita adalah karyawan di tempat kerja yang sama sepertiku, hanya saja kami mengurusi wilayah yang berbeda.  Aku di Pontianak, dan Nita di kantor cabang Singkawang). Selain itu, aku juga berencana untuk bertemu dengan adik lelakiku yang saat ini sedang studi juga di sana.

Inilah perjalanan luar biasa yang pernah kurasakan!

Bukan karena perjalananku itu ditaburi bunga-bunga. Bukan.
Itu karena perjalanan ini membuatku semakin menyadari betapa aku membutuhkan Dia.
Betapa setiap detak jantungku, gerak-gerikku, semua tak lepas dari pengawasan dan terlebih pertolongan-Nya. Rabb... Allahu Rabbi...

Pertama, saat kami di razia. (Aku membawa temanku Ida, bersamaku)
Perjalanan masih panjang.
Malangnya, kami tak membawa surat-menyurat kendaraan. Astaghfirullah...
Aku baru teringat saat kendaraan kami hanya tinggal beberapa puluh meter lagi jaraknya dari kantor polisi.
Dengan wajah tak berdosa aku pasrah menggiring kendaraan roda dua itu. Tentu dengan senyuman indah yang dipaksakan. Hanya aku dan Allah-lah yang tahu itu. hehe
Temanku Ida membisikkan sesuatu di telingaku, namun tak satu pun yang jelas mendarat di kupingku.
Konsentrasiku sepenuhnya pada do'a dan wiridku, memohon belas kasih-NYA.
Sesekali kutatap wajah para polisi yang bertugas pada hari itu. Entah mengapa wajah mereka saat itu mendadak menyeramkan daripada serigala. (wah.... yang ini agak berlebihan kalli yak? ^^v piss pak pol ).
Jarum jam serasa sangat lamban geraknya. Kapan ini akan berakhir??? Aku menanti-nanti apa yang akan terjadi. Bayangan amarahnya pak polisi sudah jelas di depan mata. Aku bertawakkal.
Dan..... subhanallah! Amazing banged saudara-saudara... kami dibebaskan dari "kandang serigala" itu..... horeee..... yippiy........!!!
Pak polisi dengan ramahnya mempersilahkan kami untuk melanjutkan perjalanan...
Aku pun tersenyum sumringah... menyapa pak polisi itu, mengucapkan terima kasih, menghadiahkannya senyum termanis yang kumiliki, dan..... segera kabur dari sana. Wew! Serem juga kalau berlama-lama.
Alhamdulillah....
Semua karena pertolongan-NYA...
Aku pun tersenyum bahagia...
Haru...
Cinta...
Pada-NYA...
Dan perjalanan pun dilanjutkan...

Next trip...
Kami diuji dengan sedikit musibah.
Kecelakaan...
Salahku, karena tidak konsentrasi penuh mengendarai roda dua itu. Kuakui itu. Ada yang kupikirkan. Seseorang. Dia, yang mengundangku untuk makan siang hari itu, tapi tak kupenuhi undangannya karena tugas kantor yang menurutku jauh lebih penting. Astaghfirullah...
Mungkin juga salahnya, orang yang bertabrakan dengan kami, karena tidak menyalakan lampu isyarat saat hendak berniat berbelok.
Sekali lagi, DIA menyelamatkan kami...
Kecelakaan itu tidak membuat kami kehilangan diri.. tidak pula kehilangan tangan dan kaki...
Aku memang sering jatuh dari kendaraan. (suka kebut-kebutan di jalan, hehe). Tapi yang ini, adalah kecelakaan terdahsyat yang pernah terjadi dalam hidupku.
Tapi lihatlah... DIA menyelamatkan kami... T_T
Rabbi... betapa aku mencintai-MU...
Sayang-MU padaku wahai Allah...

Seluruh tubuhku terasa luluh keesokan harinya.
Rasa sakitnya ternyata luar biasa...
Sampai akhirnya kuputuskan untuk memaksakan diri kembali ke kota Pontianak.
Dengan sisa energi yang kumiliki...
Dan aku diberikan nikmat sakit ini...
Agar bisa beristirahat sejenak.
Dari rutinitasku sehari-hari...

#pontianak, hari kesekian aku bed-rest karena tabrakan itu
MC.
0

Wednesday, November 9, 2011


Kriteria Pemimpin KAMMI

Kriteria ini diambil dari Milis KAMMI Pusat.
Just suka-suka aja... peregangan urat leher yang lagi tegang mikirin ummat (jiaaaahh, piss ^^v)

1. Jangan pinter2, karena kepintaran kerjaannya cuma berfikir, menganalisa trus bikin pernyataan sikap, trus gk ngapa-ngapain.
 2. Jangan miskin, karena klo miskin bisa2 gk menghidupi organisasi tapi justru hidup dari organisasi, bawa proposal ke mana2 buat jaulah. jangan daaaahhhh.....
 3. Jangan terlalu banyak baca buku, nanti mengelola organisasi teks book, gk punya "taste" gerakan... heheu...
4. Jangan "anti proyek" karena banyak proyek yang halal, daripada minta2, mending bekerja dan berpenghasilan... ciehuy :)
5. Jangan ashobiyah golongannya, jangan suka black list orang, amal jama'i, jangan ashobiyah dengan gerbongnya masing2.. sinergis lah gitu... ^^
6. Jangan suka bolos "ngaji", mentang2 pejabat KAMMI, minta rukhshoh mulu, organisasi dijadikan alibi, jaulah dan kegiatan dijadikan alasan... ow, tidak bisa..... hehe
7. Jangan anak mama,  sebentar2 nelpon mama minta arahan. kan udah mahasiswa, tahu mana yang boleh dan tidak boleh dan tahu mana yang wilayahnya ijtihad gerakan, yang penting koordinasi... #tul gk frens? he.
8. Jangan kayak preman, merasa punya "orang kuat" di belakang, mengaku "orang pilihan" atau "orang yang ditunjuk" ... wew.. udah gk jaman euy... "ini aku, bukan bapakku",, gitu donk klo jadi pemimpin...
9. Jangan kayak mafia hukum, ngutak-ngatik konstitusi untuk berkuasa dan menjegal lawan2 politik, hare gene???
10. Jangan "nge-boss", merasa owner KAMMI, merasa paling tahu apa yang terbaik buat KAMMI...
11. Jangan lupakan orang lain, yang mungkin banyak berkontribusi...
12. Jangan pas ada maunya doang,,, silaturrahim ke banyak orang...
13. Jangan over estimate terhadap diri sendiri,,, mentang2 jadi pemimpin, merasa punya bargaining tinggi dan under estimate dengan orang lain... kagak banged deh yak...
14. Jangan merasa menguasai ibukota, karena ibukota punya "kekhususan" namanya juga DKI (Daerah KHUSUS Ibukota) :D
15. Jangan sembarangan "gaul politik" yang menyebabkan KAMMI menari di gendang orang lain...
dan yang terakhir...... taddaaaaaaaa......
16. Jangan telat nikah.....! heheu, PISS ^^v
1